SITUS TAMBANG ORANJE NASSAU, CEROBONG UDARA KE MASA LALU (Sebuah Catatan Lawatan Sejarah Daerah Kalimantan Selatan)





Lawatan sejarah daerah Kalimantan Selatan sejatinya adalah sebuah event yang digagas dan dilaksanakan oleh MGMP Sejarah SMA  Kalimantan Selatan sebagai penerima bantuan fasilitasi event sejarah oleh Direktorat Sejarah Kemendikbud RI.
Sebenarnya dalam program tersebut ada tiga kegiatan yang dilaksanakan yaitu, Lomba Karya Tulis Sejarah untuk siswa SMA/K dan MA se-Kalimantan Selatan, Seminar Sejarah, dan Lawatan Sejarah yang mengangkat tema “Revitalisasi Situs Tambang Oranje Nassau Dalam Sejarah Kalimantan Selatan”

Tema tersebut dipilih sebagai bentuk jawaban atas fakta yang terjadi betapa masih minimnya pengetahuan dan pemahaman kita (warga Kalimantan Selatan) tentang keberadaan dan peran Situs Tambang Oranje Nassau dalam sejarah lokal Kalimantan Selatan.

Tambang Oranje Nassau ini menjadi saksi sekaligus titik awal dari meletusnya Perang Banjar, dimana pada 28 April 1959  Pasukan Antasari mengepung dan menyerang tambang ini dan menyebabkan munculnya perlawanan-perlawanan lainnya di seluruh wilayah kesultanan Banjar di sepanjang DAS Barito.


Sabtu, 6 Agustus 2018.
Sebagai titik awal kegiatan lawatan ini, para peserta lawatan yang berasal dari wilayah kota Banjarmasin dan Batola berkumpul sejak pagi-pagi sekali di SDIT Ukhuwah Banjarmasin. Awalnya  titik kumpul adalah di SMAIT Ukhuwah, namun karena hari itu kebetulan ada beberapa agenda  besar, maka lokasi di geser ke lokasi SDIT Ukhuwah. (Supaya tidak bingung, kenapa acara guru-guru SMA kok ngumpulnya di SD).

Bus Rombongan Lawatan Sejarah Parkir di depan SDIT Ukhuwah
 
Molor lima belas menit dari yang direncanakan, akhirnya dengan dua buah bus rombongan mulai bergerak menuju tujuan yaitu Desa Maniapun, Kecamatan Pengaron. Kabupaten Banjar. Turut serta dalam rombongan ibu Hj. Noor Ainah (kepala SMA 11 Banjarmasin) selaku kordinator MGMP, Mansyur, S.Pd, M.Hum (Sejarawan dan Dosen PSP Sejarah FKIP Unlam) serta wartawan dari salah satu stasiun TV swasta.

Selanjutnya sebelum meneruskan perjalanan, rombongan singgah di depan Museum Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru yang menjadi titik kumpul untuk peserta dari wilayah Banjarbaru, Kab. Banjar, Tanah Laut dan Tanah Bumbu. Serta Titik Kumpul terakhir di simpang empat Pengaron untuk peserta lawatan yang berasal dari wilayah hulu sungai.
Setelah kurang lebih dua jam perjalanan, sesuai estimasi yang disusun panitia, rombongan lawatan sejarah akhirnya tiba di desa Maniapun. Untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki kurang lebih duapuluh menit menyusuri jalan yang berupa cor beton permanen sampai ke lokasi tempat situs tambang Oranje Nassau berada. 

Masnyur, M.Hum beserta rombongan peserta menyususri jalan menuju lokasi situs
 Sedikit diluar perkiraan, ternyata situs ini  lokasinya bukanlah berada jauh di tengah hutan melainkan cukup dekat dengan wilayah pemukiman dan berada di pinggir jalan yang menjadi sarana lalu lintas keseharian warga.

 
Rombongan ibu-ibu peserta nan enerjik melintasi perkampungan menuju lokasi
 Setelah sekitar dua puluh menit berjalan kaki melewati pemukiman penduduk, pada daerah yang cukup rimbun tampak papan nama yang menjadi petunjuk tentang lokasi situs yang kami tuju, dan secara perlahan muncullah bayangan sebuah bangunan beton yang cukup tinggi sebagai wujud arkeologis dari sebuah aktivitas pertambangan yang yang sangat  sibuk di masa lalang.

Bangunan tersebut merupakan sisa dari menara pompa udara dan kini menjadi ikon dari situs tambang Oranje Nassau, Pengaron.

Papan petunjuk lokasi yang masih sederhana
 Sesi pertama kegiatan lawatan di isi dengan rehat menikmati snack yang disediakan panitia sambil mendengarkan presentasi pengantar yang disampaikan oleh pak Nugraha Nur Susanto, SS . darii Balai Arkeologi Kalimantan Selatan yang selanjutnya disertai pembagian buku kepada peserta.

Presentasi dari Pak Nugraha dari Balai Arkeologi
 Serta tak lupa tentunya silaturahmi antar peserta, karena semua peserta adalah alumni prodi pendidikan sejarah FKIP Unlam dari semua angkatan yang terpisah oleh tempat tugas masing-masing, jadi bisa dibilang semacam reuni kecil-kecilan lah.
Mendaki bukit Pagaran menuju titik pertama

Selanjutnya rombongan peserta dengan didampingi oleh warga sekitar yang tergabung dalam kelompok Darwis (Sadar Wisata) sebagai pemandu mulai menaiki bukit untuk menuju puncak bukit Pagaran.

 
Presentasi dari PAk Nugraha di titik pertama puncak Pagaran

Pada titik pertama peserta berhenti pada sebuah lokasi berupa lubang pada punggung bukit yang sudah tertutup tanah, dimana lubang tersebut dulunya adalah salah satu dari banyak lubang udara yang sengaja dibuat untuk mengalirkan udara ke dalam lorong tambang.ggal 28 September 1849

Oia, berdasarkan catan sejarah, tambang Oranje Nassau merupakan tambang moderen pertama yang dioperasikan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Nilai strategis politis dan ekonomis tambang ini dapat kita lihat dari dua fakta yaitu, bahwa Gubernur Jenderal Belanda saat itu, J.J. Rochusen datang langsung dari Batavia ke Pengaron untuk meresmikanpada tanggal 28 September 1849, dan danya penyematan nama Oranje Nassau. ( Oranje Nassau adalah nama yang sangat bergengsi dalam sejarah masyarakat Belanda saat itu).

Fakta menarik lainnya adalah, tambang ini dalam operasionalnya mengunakan sistem underground dengan membangun terowongan  dengan tiang penyangga sebagai pengaman. Sistem ini diperkenalkan oleh Dr. John Caius pada abad ke 16.

Puncak produksi dari tambang ini diperkirakan berlangsung pada periode 1854-1858. Setelah berhenti beroperasi akibat serangan pasukan Pangeran Antasari pada 1859, tambang ini diupayakan beroperasi kembali pada  1863-1875, dan di tambahkan dengan pembangunan sumur putaran (verticale Doorsenede en Aanzicht va het Machinege-bouw der Mijn) pada tahun 1873.

Menara putaran untuk memompa udara ke dalam lorong tambang
 Selanjutnya rombongan bergerak menaiki punggung bukit yang lebih tinggi menuju titik kedua di pucak bukit Pagaran.

Pada titik ini tampak beberapa bangunan dari kayu yang dibuat oleh masyarakat kelompok sadar wisata sebagai titik untuk swa-foto dengan latar belakang pemandangan alam yang sangat indah.

Di tempat ini kita dapat melihat dengan jelas aliran sungai Pengaron yang menjadi sarana pengangkutan batu bara hasil tambang Oranje Nassau menuju Banjarmasin. Dari stockpile tambang, batu bara diangkut dengan cara dipikul menuju sungai yang terletak sekitar 700 meter dari tambang. Dalam perkembangan selanjutnya pengangkutan dirubah lebih moderen dengan menggunakan kereta lori yang didorong melaju di atas rel besi menuju sungai.

Selanjutnya peserta lawatan menyimak pemaparan dari Mansyur, M.Hum yang menjelaskan bagaimana tambang Oranje Nassau dalam sudut pandang sejarahnya. Baik kaitannya dengan revolusi industri, politik dan ekonomi Belanda serta tentunya dengan kesultanan Banjar sendiri.n yang maksimal

Mansyur, M.Hum sedang memaparkan sejarah Tambang Oranje Nassau

Peserta sedang asyik mendengarkan pemaparan dari Mansyur, M. Hum

Untuk memperkuat pemaparannya, Mansyur juga membagikan buku tulisan beliau tentang tambang Oranje Nassau dalam bentuk file pdf yang langsung diakses oleh peserta melalui smartphone masing-masing.

FYI : sinyal di kawasan situs ini lumayan kuat, jadi  akses internet bisa dilakuakn dengan kecepat

Menjelang tengah hari, rombongan turun kembali ke titik base awal untuk istirahat dan makan siang, yang juga dimanfaatkan oleh peserta untuk melihat-lihat serta berfoto di area sumur putaran.  Beberapa juga tertangkap pandangan mata sedang merekam video untuk  membuat Vlog.

Selanjutnya sesi terakhir dilanjutkan dengan menuju titik takhir tidak kalah menarik, yaitu terowongan yang menjadi pintu masuk ke dalam tambang.
Peserta sedang berada di pintu masuk terowongan


Terowongan ini berada pada ketinggian sekitar 10 meter di punggung bukit, samping kanan sumur putaran. Tidak hanya sekedar melihat, para peserta juga memanfaatkan dengan masuk ke dalam terowongansecara bergiliran untuk melihat sendiri bagaimana struktur terowongan serta merasakan sensasi berada di dalam lorong bawah tanah, tempat ratusan pekerja hilir mudik beraktifitas pada masa lalu.

Suasana di dalam terowongan
 Kegiatan lawatan dilanjutkan dengan foto bersama dan pembuatan video pendek yang melibatkan seluruh rombongan (peserta, panitia dan nara sumber).
Selanjutnya rombongan kembali dan menuiakna sholat dhuhur di musholla dekat tempat bus terparkir.

Tepat pukul 14.00 rombongan bergerak kembali menuju Banjarmasin.
Secara keseluruhan kegiatan lawatan ini berjalan sesuai dengan yang direncanakan oleh panitia. Dari segi estimasi waktu, sasaran dan tujuan pelaksanaan.

Adanya kekhawatiran akan molornya waktu perjalanan dikarenankan adanya pembangunan jembatan di kawasan Astambul ternyata tidak terjadi, perjalanan berlangsung dengan relatif lancar tanpa kendala.

Persiapan dan survey pendahuluan yang dilakukan oleh panitia terbukti sangat berpengaruh terhadap kelancara penyelenggaraan kegiatan.

Diluar dari hal yang bersifat teknis, kegiatan ini juga menjadi sarana silaturahmi dan reuni antar tman satu angkatan atau lintas angkatan dari prodi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam. Termasuk juga suskes mengobati kerinduan para  peserta (yang sudah menjadi bapak-ibu guru) akan kegiatan praktek kerja lapangan yang sering mereka ikuti ketika masih berstatus sebagai mahasiswa dulunya. Berjalan kaki memamsuki hutan, permukiman serta mendaki bukit menuju tempat tujuan dalam kegiatan PKL tersebut.

 Serta tentunya  membawa peserta mendapatkan pengalaman yang lebih dekat dengan situs Tambang Oranje Nassau, Pengaron. Kabupaten Banjar yang akan memperkaya mereka dalam mentransfer informasi kepada para siswa di sekolah masing-masing.

Historia Magistra Vitae

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah Resolusi? (2)